REFLEKSI REKTOR (4HB FEBUARI 2024) (BM/EN)

  • BM
  • EN

Yesus mengisi hidup-Nya dengan pelayanan yang berorientasi pada tujuan. Mengarahkan tujuan kepada Kerajaan Allah Bapa, Dia menyerukan panggilan untuk bertobat dan percaya kepada Khabar Gembira. Dalam bacaan Injil minggu yang lalu, kita merenungkan pengajaran-Nya yang penuh kuasa sehinggakan roh-roh jahat menyebut Dia Yang Kudus dari Allah. Kuasa yang luarbiasa itu diberikan oleh Allah, Bapa Yang Mahakuasa, yang memerintahkan kesetiaan dan ketaatan sepenuhnya, perhatian yang tidak berbelah bahagi kepada Allah, sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus.

Mari kita lihat kepada bacaan Injil hari ini dan perhatikan kerja harian Yesus yang penting dalam melaksanakan kuasa-Nya secara efektif. Setelah Tuhan menyembuhkan ibu mertua Simon Petrus, Dia mendapati diri-Nya dikerumuni oleh ramai orang yang membawa kepada-Nya orang-orang yang menderita sakit dan kerasukan setan. Orang-orang ini ingin supaya Dia menyembuhkan semua orang-orang kesayangan mereka. Yesus sememangnya sangat sibuk sepanjang hari, memberikan pelayanan tanpa henti.

Bagaimanakah Yesus dapat menahan diri-Nya dalam pelayanan yang luar biasa ini? Injil hari ini memberitahu kita dengan jelas: “Keesokan harinya, waktu hari masih gelap, Yesus bangun dan pergi keluar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” Walau bagaimana sibuknya Yesus, Dia menyiapkan waktu untuk berdoa. Menjangkakan hari yang sibuk di hadapan, Yesus bangun awal pagi untuk berdoa. Di dalam doa, Dia mengekalkan hubungan intim-Nya dengan Bapa-Nya, dan dengan cara ini, Dia tidak pernah melupakan Kerajaan Allah, kehendak Bapa-Nya.

Perhatian Yesus tidak terganggu apabila Dia diberitahu bahawa masih ramai orang yang mencari Dia. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan supaya di sana juga Aku memberitakan Injil kerana untuk itu Aku telah datang.” Melalui doa, Tuhan tahu bahawa sudah tiba waktunya. Bapa-Nya ingin supaya Dia terus bergerak. Sesungguhnya, Dia tetap fokus melaksanakan kehendak Bapa-Nya, dan kerana itu, Dia mengisi waktu-Nya dengan pelayanan yang berorientasi pada tujuan.

Dalam bacaan pertama, pengalaman hidup yang tidak bererti dalam hidup Ayub juga sering kita alami sehari-hari. Meskipun kita memiliki teknologi moden dalam pelbagai tugas, kita sepertinya tidak pernah punya cukup waktu. Kadang-kadang, kita berasa sangat terbeban oleh urusan duniawi sehingga kadang-kadang kita jatuh sakit atau susah untuk tidur. Kehidupan seharian itu berlangsung minggu demi minggu dan bulan demi bulan. Adakah kebanyakan perkara yang kita sibukkan itu benar-benar diperlukan?

Kita harus memandang kepada Yesus untuk mengatur waktu kita dengan penuh erti dan tujuan. Sesibuk mana pun kita, kita harus cari waktu untuk Tuhan. Kerana dalam doa, kita masuk ke dalam hubungan yang intim dengan Tuhan dan menjadikan hubungan ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita memperoleh kesedaran akan tujuan dan menjadi fokus saat kita menjalani kehidupan harian. Kehendak Allah, seperti yang telah kita fahami dalam doa, mendasari tujuan kita.

Dalam bacaan kedua, Rasul Paulus menemukan makna dan tujuan hidup dalam memberitakan Injil. Dia berkata, “Saudara-saudara, memberitakan Injil bukanlah suatu alasan bagiku untuk memegahkan diri. Sebab hal itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil. Andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi kerana aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, maka pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. Kalau demikian apakah upahku. Upahku ialah bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.”

Saudara dan saudari di dalam Tuhan, setelah banyak berdoa dan melakukan penetapan, kita akan memperkenalkan kembali Novena Bunda Maria Penolong Abadi di Paroki kita. Bermula pada 17 Februari 2024, setiap hari Sabtu, doa rosari akan diadakan pada jam 4.30pm, diikuti dengan Novena dan “Benediction”. Semoga kita meneladani Santo Paus Yohanes Paulus yang selalu berdoa di hadapan imej Bunda Maria Penolong Abadi. Dia tahu Maria akan melindunginya daripada bahaya dan membantunya menanggung penderitaannya.

Dengan rasa syukur di dalam hati, kita akan melayani Tuhan.

Fr. Thomas Madanan

NABRE

Mark 1

29 On leaving the synagogue he entered the house of Simon and Andrew with James and John. 30Simon’s mother-in-law lay sick with a fever. They immediately told him about her. 31He approached, grasped her hand, and helped her up. Then the fever left her and she waited on them.32When it was evening, after sunset, they brought to him all who were ill or possessed by demons. 33The whole town was gathered at the door. 34He cured many who were sick with various diseases, and he drove out many demons, not permitting them to speak because they knew him.35 Rising very early before dawn, he left and went off to a deserted place, where he prayed. 36Simon and those who were with him pursued him 37and on finding him said, “Everyone is looking for you.” 38He told them, “Let us go on to the nearby villages that I may preach there also. For this purpose have I come.” 39So he went into their synagogues, preaching and driving out demons throughout the whole of Galilee.

Jesus occupied His life with a purpose-driven ministry. Aiming at the Kingdom of God, the Father, He called for repentance and belief in the Good News. Last week, in the Gospel, we reflected on His authoritative preaching that even the unclean spirits called Him the Holy One from God. That supernatural authority is given by God, the Father Almighty, who instructs utter faithfulness and obedience, the undivided attention to God, as St. Paul puts it.

Let us look at the Gospel today and notice Jesus’s crucial daily routine in exercising His effective authority. The Lord, after curing Simon Peter’s mother-in-law, found Himself crowded by people who brought to Him their sick and those possessed by the devils. These people wanted Him to heal all their afflicted loved ones. Jesus was indeed very busy all day long, rendering non-stop service.

How did Jesus sustain Himself in such an overwhelming ministry? Today’s Gospel tells us explicitly: “In the morning, long before dawn, He got up and left the house and vent off to a lonely place and prayed there.” However busy He was, Jesus found time for prayer. Anticipating a busy day ahead, He woke up very early in the morning to pray. In prayer, He kept up His intimate relationship with His Father, and in this way, He never lost sight of the Kingdom God, His Father’s will.

So, He was not distracted when He was told that many people were still looking for Him. He told His disciples, “Let us go elsewhere, to the neighboring country towns, so that I can preach there too, because that is why I came.” Through prayer, the Lord knew that it was timely. His Father wanted Him to keep moving. Indeed, He kept His Father’s will in focus and continued to carry it out, and thus, He occupied His time with a purpose-driven ministry.

In the first reading, Job’s experience of meaninglessness in life is also often our everyday experience. Despite our modern technology in multi-tasking, we never seem to have enough time on our hands. Sometimes, we feel loaded or overburdened by the cares of the world to the point that we sometimes fall sick or suffer sleeplessness. The routine goes on week after week and month after month. Are most of the things we are occupied with truly necessary?

We must look up to Jesus to manage our time meaningfully and purposefully. However busy we are, we must find time for God. For in prayer, we enter into an intimate relationship with God and bring this relationship to bear on our daily lives. We acquire a sense of purpose and become focused as we pass the day. God’s will, as we have discerned it in prayer, undergirds our purpose.

In the second reading, St. Paul finds meaning and purpose in life in preaching the Gospel. He said, “I do not boast of preaching the Gospel, since it is a duty which has been laid on me; I should be punished if I did not preach it! If I had chosen this work myself, I might have been paid for it, but as I have not, it is a responsibility which has been put into my hands. Do you know what my reward is? It is this: in my preaching, to be able to offer the Good News free, and not insist on the rights which the Gospel gives me.”

After much prayer and discernment, brothers and sisters in the Lord, we shall reintroduce in our Parish the Novena to Our Lady of Perpetual Help. Starting from 17th February 2024, on Saturdays, there should be the recitation of the Rosary at 4:30 pm followed by the Novena and Benediction. May we imitate St. Pope John Paul, who prayed regularly before the image of Our Lady of Perpetual Help. He knew Mary would protect him from harm and help him endure his sufferings.

With thanksgiving in our hearts, we will serve the Lord.

Fr. Thomas Madanan