BM
EN
Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta
40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.”
41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.”
42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras:
44 “Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.”
45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Pelayanan penyembuhan Yesus sungguh luar biasa. Mukjizat penyembuhan ini dimaksudkan untuk memuliakan Allah Bapa. Mereka yang mengalami belas kasihan penyembuhan-Nya yang luar biasa dipanggil kepada ketaatan iman. Bukan hanya penyembuhan luaran, tetapi juga kehidupan yang berubah, kedewasaan dalam pemberian diri. Pernyataan syukur ini merupakan ajakan untuk memahami secara mendalam panggilan-Nya untuk bertobat dan percaya bahwa kabar gembira Kerajaan Allah sudah dekat.
Dengan ini, mari kita mengimbas kembali bacaan Injil Minggu yang lalu dan mengingat kembali prioritas utama Yesus dalam mewartakan Kabar Gembira. Untuk memenuhi keperluan dan tuntutan banyak orang, “waktu hari masih gelap, Yesus pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana”. Bagi saya, kebenaran alkitabiah ini menunjuk kepada dedikasi penuh Tuhan dan intensitas kehidupan doa yang memberi kuasa kepada-Nya untuk fokus kepada Kerajaan Allah, kehendak Allah, hubungan kasih-Nya dengan Allah Bapa terlebih dahulu.
Dia boleh saja mengambil dua sikap: bergelumang dengan publisitas atau terus memenuhi keperluan orang banyak di tempat lain. Ya, Dia telah pun melayani orang banyak yang masih menginginkan lebih lagi, dan Bapa-Nya menghendaki Dia juga melayani orang-orang di kota-kota yang berdekatan. Sesungguhnya, melalui doa yang mendalam, Dia tetap fokus kepada kehendak Bapa-Nya dan terus melaksanakannya; ya, doa dan penegasan pengertian (discernment).
Dalam Injil hari ini, Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta secara luar biasa dengan jaminan besar akan penjagaan-Nya. Tuhan berkata, “.. jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu dan dia menjadi sembuh. Segera Yesus menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras, katanya, “Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk penahiranmu persembahan yang diperintahkan oleh Musa sebagai bukti bagi mereka.”
Kita renungkan sejenak! Ada sesuatu yang bukan perkara biasa di sini yang patut mendapat perhatian yang luar biasa! Yesus “segera menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras, katanya, “Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun”. Saya akan berkata, “Ketaatan dalam iman, kawanku! Penyembuhan itu bukan untuk pertunjukan tetapi kesaksian iman! Dengar dengan penuh perhatian apa yang Yesus katakan dan lakukan apa yang Dia minta anda lakukan! Titik!
“Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya ke mana-mana sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Yesus tinggal di luar kota di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.” Kita mungkin berkata, “Ya, boleh difahami bahwa lelaki itu terlalu teruja sehingga dia tidak dapat menutup mulutnya! Itu wajar.” Ya, tetapi jika difikirkan semula, kita harus beralih kepada perkara yang supernatural: ketaatan iman, kedewasaan dalam pemberian diri! Di dalam Yesus, Allah yang paling utama!
Bacaan pertama hari ini menjelaskan cara menangani penyakit kusta. Diperakui oleh seorang imam, seorang penderita kusta diisytharkan najis dan terpaksa diasingkan untuk tinggal berasingan di luar masyarakat. Mereka wajib berteriak “Najis, najis” kerana penyakit kusta dianggap menular. Yesus memerintahkan lelaki itu pergi segera kepada imam untuk mendapatkan pengesahan bahwa dia telah sembuh; oleh itu, ia adalah sangat penting. Namun yang lebih penting adalah ketaatan iman, yang bukan saja perlu tetapi merupakan prasyarat pemiuran yang sejati.
Untuk tujuan ini, Rasul Paulus menegaskan, “… jika engkau makan atau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu demi kemuliaan Allah. Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani maupun Jemaat Allah. Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat. Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” Ya, dengan meneladani Kristus dalam pemberian diri-Nya secara total, semoga kita memperdalam doa kita dan hidup dalam ketaatan iman, Tuhan yang pertama dan utama.
Saudara dan saudari dalam Tuhan, kita sangat bersyukur kepada Tuhan karena salah seorang dari kalangan kita, Sister Mary Maybelle Ker, telah melafazkan ikrar kaul pertamanya sebagai religius pada 3 Februari 2024. Di dunia sekular masa kini, di mana komitmen sering kali begitu mudah dibuat dan tidak ditepati, kita dengan penuh doa mengucapkan tahniah kepadanya dan ahli keluarganya.
Dengan rasa syukur di dalam hati, kita akan melayani Tuhan.
Fr. Thomas Madanan
NABRE
Mark 1
40 A leper came to him [and kneeling down] begged him and said, “If you wish, you can make me clean.” 41Moved with pity, he stretched out his hand, touched him, and said to him, “I do will it. Be made clean.” 42The leprosy left him immediately, and he was made clean. 43Then, warning him sternly, he dismissed him at once. 44Then he said to him, “See that you tell no one anything, but go, show yourself to the priest and offer for your cleansing what Moses prescribed; that will be proof for them.” 45The man went away and began to publicize the whole matter. He spread the report abroad so that it was impossible for Jesus to enter a town openly. He remained outside in deserted places, and people kept coming to him from everywhere.
Jesus’ healing ministry is extraordinary. Miraculous healings are intended to glorify God, the Father. Those who experience His extraordinary healing compassion are called to the obedience of faith. Not just external healing, therefore, but indeed a transformed life, maturity of self-giving. This assertion of gratitude is an invitation for an in-depth understanding of His call to repentance and believing the good news for the Kingdom of God is close at hand.
With this thought in mind, let us flashback to last Sunday’s Gospel readings and recall Jesus’s utmost priority in preaching the Good News. Attending to so many people’s overwhelming needs and demands, “long before dawn He went to a lonely place to pray”. To me, this biblical truth points to the Lord’s complete dedication and intensity of prayer life that empowers Him to focus on the Kingdom of God, God’s will, His loving relation with God, the Father first.
He could have entertained two attitudes: wallow in publicity or continue to attend to the needs of the crowd elsewhere. Yes, He had already ministered to the crowd who wanted more, and His Father wanted Him to minister to the people in the neighboring towns as well. Indeed, through profound prayers, He kept His Father’s will in focus and continued to carry it out; yes, prayer and discernment.
In the Gospel today, Jesus healed the timid leper miraculously with great assurance of His care. The Lord said. ‘Be cured!’ And the leprosy left him at once, and he was cured. He immediately sent him away and sternly ordered him, ‘Mind you say nothing to anyone, but go and show yourself to the priest, and make the offering for your healing prescribed by Moses as evidence of your recovery.’
Now pause for a moment! There is something unusual here that deserves excellent attention! Jesus “immediately sent him away and sternly ordered him, ‘Mind you say nothing to anyone”. I would say, “Obedience of faith, my friend! The healing is not for show but a testimony of faith! Listen attentively to what Jesus has to say and do exactly what He asks you to do! Period!
“The man went away, but then started talking about it freely and telling the story everywhere, so that Jesus could no longer go openly into any town, but had to stay outside in places where nobody lived. Even so, people from all around would come to him.” We might say, “Well, it is understandable that the man was so overly excited that he could not keep his mouth shut! It is natural” Yes, but in hindsight, we should move on to the supernatural: the obedience of faith, the maturity of self-giving! In Jesus, God first!
Today’s first reading prescribes how to handle leprosy. Certified as such by a priest, a leper was declared unclean and had to be isolated to live apart outside of the community. They were obligated to cry out “Unclean, unclean” because leprosy was considered contagious. Jesus ordered the man to go straightaway to the priest to get certification that he had been cured; therefore, it was critical. But more that is the obedience of faith, which is not just necessary but a precondition of authentic discipleship.
To this end, St. Paul asserts, “Whatever you eat, whatever you drink, whatever you do at all, do it for the glory of God. Never do anything offensive to anyone – to Jews or Greeks or to the Church of God; just as I try to be helpful to everyone at all times, not anxious for my own advantage but for the advantage of everybody else, so that they may be saved. Take me for your model, as I take Christ.” Yes, in the imitation of Christ in his total self-giving, may we go deeper in our prayer and live in obedience of faith, God first.
Brothers and sisters in the Lord, we are very grateful to God that one of our youths, Sister Mary Maybelle Ker, made her first religious profession on 3rd February 2024. In this secularized world where commitments are often so easily made and broken, we prayerfully congratulate her and her family members.
With thanksgiving in our hearts, we will serve the Lord.
Fr. Thomas Madanan