Pentakosta memperingati kedatangan Roh Kudus dalam Gereja dan dunia, menandakan keselamatan Allah bagi umat manusia melalui rekonsiliasi dan pemulihan hubungan yang benar dengan Allah.

Bacaan pertama menggambarkan Roh Kudus turun ke atas para rasul Yesus dalam sebuah rumah di mana mereka duduk, dengan tiupan angin keras dan kelihatan lidah-lidah seperti nyala api hinggap di atas kepala mereka masing-masing. Maka, para rasul dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa asing.

Kisah Menara Babel dalam Kej 11:1-9 menunjukkan percubaan manusia yang gagal untuk mencapai langit dan menjadi seperti tuhan dengan membina sebuah menara. Tuhan mengacaubalaukan bahasa mereka dan mencerai-beraikan mereka, sehingga mustahil bagi mereka untuk memahami satu sama lain dan bekerjasama. Sebaliknya, peristiwa Pentakosta membalikkan kesan dosa kesombongan, dengan memulihkan kesatuan melalui pencurahan Roh Kudus ke atas murid-murid Kristus. Orang-orang dari pelbagai latar belakang berkumpul di Yerusalem, memahami para rasul Galilea ketika mereka berbicara dalam bahasa mereka sendiri. Petrus mewartakan keselamatan Yesus, yang membawa kepada pertobatan tiga ribu orang. Roh Kudus membawa perdamaian dan kesatuan.

Dalam Injil hari ini, Yesus menjanjikan Roh Kudus. Dia berkata kepada murid-murid-Nya bahawa akan tiba saatnya Penghibur yang diutus-Nya dari Bapa akan datang. Penghibur ini, iaitu Roh Kebenaran akan memberikan kesaksian tentang Dia. Dia juga menyatakan kepada murid-murid-Nya bahawa mereka juga harus bersaksi, kerana mereka dari semula bersama-sama dengan Dia sejak awal pelayanan-Nya.

Yesus mengatakan bahawa masih banyak lagi ajaran yang harus Dia katakan tetapi mereka belum dapat menanggungnya. Namun, Dia berjanji apabila Roh Kebenaran datang, Ia akan memimpin manusia ke dalam seluruh kebenaran. Roh ini tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya dan akan memberitakan hal-hal yang akan datang. Yesus menyatakan bahawa Roh Kudus akan memuliakan Dia dengan menyampaikan ajaran dari diri-Nya sendiri. Dia menegaskan bahawa segala sesuatu yang menjadi milik Bapa juga merupakan milik-Nya, yang menunjukkan bahawa bimbingan Roh Kudus akan didasarkan pada ajaran dan otoritas-Nya.

Sesungguhnya, Yesus mempercayakan para murid-Nya dengan kuasa Roh Kudus, kuasa ilahi yang menjiwai mereka dengan keberanian dan kekuatan untuk menjalankan misi-Nya. Dengan pemerkasaan rohani ini, para murid tanpa rasa takut terlibat dalam misi penyelamatan jiwa-jiwa.

Saudara dan saudari dalam Tuhan, marilah kita menerima kehadiran Roh Kudus, yang membolehkan kita bekerjasama secara harmoni walaupun kita mempunyai keperibadian, perspektif, dan pendekatan yang berbeda-beda. Roh Kudus menyatukan setiap keluarga dalam kasih dan saling menghormati. Sebagai anak-anak Allah, yang diberi kuasa oleh Roh Kudus, kita dengan penuh keyakinan memanggil Allah sebagai “Abba, ya Bapa!”

Dengan rasa syukur di dalam hati, kita melayani Tuhan.

Fr. Thomas Madanan

Pentecost commemorates the Holy Spirit’s arrival in the Church and the world, signifying God’s salvation for humanity through reconciliation and restoration of a right relationship with God.

The first reading describes the Holy Spirit entering the assembly of Jesus’ apostles in one room, accompanied by a mighty wind and tongues of fire resting on each person’s head. As a result, the disciples were filled with the Holy Spirit and began to speak foreign languages.

The Tower of Babel story in Gen. 11:1-9 shows humankind’s failed attempt to reach the heavens and become like gods by building a tower. God divided their language and scattered them, making it impossible for them to understand each other and work together. By contrast, the Pentecost event reversed the impact of the sin of pride, by restoring unity through the outpouring of the Holy Spirit on Christ’s disciples. People from diverse backgrounds gathered in Jerusalem, understanding the Galilean apostles as they spoke in their own languages. Peter proclaimed Jesus’ salvation, leading to the conversion of three thousand people. The Holy Spirit brought about peace and unity.

We have, in The Gospel today, Jesus’s promise of the Holy Spirit. He conveyed to his disciples that a time would come when the Advocate, sent by Him from the Father, would arrive. This Advocate, known as the Spirit of truth, would bear witness to Him. He informed His disciples that they too would serve as witnesses, given their longstanding companionship with Him since the beginning of His ministry.

Jesus spoke of having many more teachings to share but recognized that it was too much for them. However, He promised that when the Spirit of Truth arrives, It will guide people to the complete truth. This Spirit will not speak on its own but will communicate what It has learned and will reveal things to come. Jesus declared that the Holy Spirit would glorify Him by conveying teachings that originate from Himself. He emphasized that everything belonging to the Father also belongs to Him, indicating that the Holy Spirit’s guidance would be based on His teachings and authority.

Indeed, Jesus entrusted His disciples with the power of the Holy Spirit, a divine force that imbued them with the courage and strength to carry on His mission. With this spiritual empowerment, the disciples fearlessly engaged in the mission of saving souls.

Brothers and sisters in the Lord, let us embrace the Holy Spirit’s presence, which enables us to collaborate harmoniously despite our diverse personalities, perspectives, and approaches. The Holy Spirit unites each family in love and mutual respect. As children of God, empowered by the Holy Spirit, we confidently address God as “Abba, Father!”

With thanksgiving in our hearts, we will serve the Lord.

Fr. Thomas Madanan