BM
EN
Markus 4: 35-41
35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang.”
36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.
37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”
39 Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
40 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”
41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?”
“Apakah iman, dan mengapa ia penting? Dalam Injil hari ini, Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Soalan-soalan yang mendalam ini harus mengingatkan kita tentang Kerajaan Allah dalam bacaan Injil Minggu yang lalu: biji sesawi, permulaan yang sederhana menjadi tumbuhan yang lebih besar – iman mencari pengertian.
Mari kita lihat KGK 153; “Iman adalah satu anugerah Allah, satu kebajikan adikodrati yang dicurahkan oleh-Nya. Supaya orang dapat percaya seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan ‘pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran.’” Oleh itu, iman melibatkan kepercayaan sepenuh hati kepada Allah. Ini lebih dari sekadar logik atau kesepakatan intelektual.
KGK 150 menyatakan bahawa; “Iman adalah ikatan peribadi manusia dengan Allah dan sekaligus, tidak terpisahkan dari itu, persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah. Sebagai ikatan peribadi dengan Allah dan persetujuan terhadap kebenaran yang diwahyukan Allah, iman Kristen berbeda dengan kepercayaan yang diberikan kepada seorang manusia. Menyerahkan diri seluruhnya kepada Allah, dan mengimani secara absolut apa yang Ia katakan adalah tepat dan benar. Sebaliknya adalah sia-sia dan salah memberikan kepercayaan yang demikian itu kepada seorang makhluk.”
Yesus memberi respon kepada kepanikan mereka dengan berkata, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Ketakutan dan kepanikan mereka menunjukkan kurangnya iman mereka terhadap kuasa Yesus. Dia tidur dengan tenang di tengah badai, menunjukkan iman-Nya yang tidak tergoyahkan, yang seharusnya mendorong murid-murid-Nya untuk mempercayai bahawa mereka selamat bersama-Nya. Dalam pemahaman alkitabiah, salah satu aspek laut dikaitkan dengan iblis dan oleh itu menenangkan ribut menunjukkan Yesus mengalahkan iblis.
Saudara dan saudari dalam Tuhan, iman Katolik adalah hasil daripada percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Ianya penting memiliki iman yang sejati kerana memberi kita kekuatan untuk menahan pergolakan. Ia mengarahkan kita kepada kebaikan tertinggi dengan memiliki keterbukaan terhadap kebenaran Ilahi, apa pun yang terjadi, demi keselamatan jiwa-jiwa.
Dengan rasa syukur di dalam hati, kita melayani Tuhan.
Fr. Thomas Madanan
NABRE
Mark 4
35 On that day, as evening drew on, he said to them, “Let us cross to the other side.” 36Leaving the crowd, they took him with them in the boat just as he was. And other boats were with him. 37A violent squall came up and waves were breaking over the boat, so that it was already filling up. 38Jesus was in the stern, asleep on a cushion. They woke him and said to him, “Teacher, do you not care that we are perishing?” 39He woke up, rebuked the wind, and said to the sea, “Quiet! Be still!” The wind ceased and there was great calm. 40Then he asked them, “Why are you terrified? Do you not yet have faith?” 41 They were filled with great awe and said to one another, “Who then is this whom even wind and sea obey?”
“What is faith, and why is it important? In today’s Gospel, Jesus asks His disciples, “Why are you so frightened? How is it that you have no faith?” These profound questions should remind us of the Kingdom of God in the Gospel reading last Sunday: the mustard seed, a humble beginning into the biggest shrub—faith-seeking understanding.
Let us look at CCC 153; “Faith is a gift of God, a supernatural virtue infused by Him. “Before this faith can be exercised, man must have the grace of God to move and assist him; he must have the interior help of the Holy Spirit, who moves the heart and converts it to God, who opens the eyes of the mind and ‘makes it easy for all to accept and believe the truth.’” Faith, therefore, involves wholeheartedly trusting in God. It goes beyond mere intellectual logic or agreement.
CCC 150 stated that; “Faith is first of all a personal adherence of man to God. At the same time, and inseparably, it is a free assent to the whole truth that God has revealed. As personal adherence to God and assent to his truth, Christian faith differs from our faith in any human person. It is right and to entrust oneself wholly to God and to believe absolutely what He says. It would be futile and false to place such faith in a creature.
Jesus responded to their panic, saying, “Why are you so frightened? How is it that you have no faith?” Their fear and panic revealed their lack of faith in Jesus’ power. He slept peacefully in the midst of the storm, demonstrating His unwavering faith, which should have encouraged His disciples to trust that they were safe with Him. In biblical understanding, one aspect of the sea is associated with the devil and so the calming of the storm manifests Jesus overpowering the devil.
Brothers and sisters in the Lord, the Catholic faith is the result of believing in the God of Jesus Christ. It is important to have an authentic faith because it gives us strength to withstand turmoil. It orients us to the highest possible good by having the openness to divine truth, come what may, for the salvation of souls.
With thanksgiving in our hearts, we will serve the Lord!
Fr. Thomas Madanan